(Joh 12:1)
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.
(Joh 12:2)
Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.
(Joh 12:3)
Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.
(Joh 12:2)
Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.
(Joh 12:3)
Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
Coba kita bayangkan bersama...pada saat kita bersama-sama dengan Tuhan Yesus sedang dalam perjamuan makan. Tiba-tiba seorang wanita bernama Maria mengambil minyak narwastu (pada waktu itu harganya konon sekitar 12 juta rupiah) yang mahal kemudian dicurahkan di kaki Tuhan Yesus. Apa yang kita pikirkan? wow...suatu pemandangan yang luar biasa bukan? spontanitas yang akhirnya mengandung banyak reaksi. Seperti yang kita ketahui, Maria dikatakan oleh Tuhan Yesus mengambil bagian yang terbaik dalam melayani Tuhan Yesus sedangkan Marta sibuk melayani di dapur.
Satu bukti kasih yang amat sangat telah ditunjukkan oleh Maria!!! Kasih kepada Tuhan Yesus.
Di dalam kita mengasihi tentu akan ada emosi yang terlibat. Tidak mungkin kita bilang kita mengasihi seseorang tanpa emosi, bukan? Emosi inilah yang akhirnya menggerakkan hati Maria untuk kembali mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan. Tuhan kita tidak pernah menyalahkan emosi, Tuhan kita tidak pernah pula menyalahkan spontanitas kita dalam mengasihi Tuhan. Justru Tuhan Yesus sangat menyukai hal itu, karena ada gairah / passion dalam kita melakukan tindakan yang spontan dalam mengasihi Tuhan.
Sekarang ini banyak sekali gereja-gereja dihadiri oleh orang-orang yang tidak bergairah untuk mencari hadiratNya. Orang tidak lagi mencari hadirat Tuhan tetapi mencari kenyamanan pribadi dengan fasilitas-fasilitas yang ditawarkan. Tanpa sadar, hal tersebut menggantikan posisi Tuhan yang seharusnya menjadi prioritas utama kita pada saat datang beribadah. Oleh karena itu, temukan gairah, dan lakukan tindakan-tindakan yang spontan yang menunjukkan kalau kita masih mengasihi Tuhan sama seperti Maria mempersembahkan yang terbaik.
Di dalam kita mengasihi tentu akan ada emosi yang terlibat. Tidak mungkin kita bilang kita mengasihi seseorang tanpa emosi, bukan? Emosi inilah yang akhirnya menggerakkan hati Maria untuk kembali mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan. Tuhan kita tidak pernah menyalahkan emosi, Tuhan kita tidak pernah pula menyalahkan spontanitas kita dalam mengasihi Tuhan. Justru Tuhan Yesus sangat menyukai hal itu, karena ada gairah / passion dalam kita melakukan tindakan yang spontan dalam mengasihi Tuhan.
Sekarang ini banyak sekali gereja-gereja dihadiri oleh orang-orang yang tidak bergairah untuk mencari hadiratNya. Orang tidak lagi mencari hadirat Tuhan tetapi mencari kenyamanan pribadi dengan fasilitas-fasilitas yang ditawarkan. Tanpa sadar, hal tersebut menggantikan posisi Tuhan yang seharusnya menjadi prioritas utama kita pada saat datang beribadah. Oleh karena itu, temukan gairah, dan lakukan tindakan-tindakan yang spontan yang menunjukkan kalau kita masih mengasihi Tuhan sama seperti Maria mempersembahkan yang terbaik.
(Joh 12:4)
Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:
(Joh 12:5)
"Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"
(Joh 12:6)
Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
Hal kedua, berbicara tentang motivasi dibalik perbuatan kita. Pada ayat ke 5 tertulis sebuah saran yang tampaknya baik oleh kita semua, bukan? Daripada Minyak Narwastu itu dibuang-buang lebih baik dijual kemudian uangnya dibagi-bagikan kepada orang miskin. Kalau benar demikian, rasanya Yesus tidak mungkin protes. Tetapi yang jadi masalah adalah, motivasi Yudas mengatakan hal tersebut adalah karena dia tidak benar-benar memperhatikan nasib orang miskin tetapi Yudas sering mengambil uang yang disimpan dalam kas.
Seringkali dalam melakukan tindakan kita memiliki motivasi yang tidak kudus sekalipun hal tersebut adalah hal yang rohani atau benar menurut pandangan mata orang lain. Tetapi motivasi yang tidak kudus seringkali baru muncul setelah beberapa waktu lamanya. Hal yang disembunyikan rapat-rapat pasti akan tercium juga, kan?!
Disini diperlukan sikap hati yang tulus penuh kejujuran yang kita sebut dengan integritas. Berintegritas artinya berani transparan di hadapan orang lain. sehingga kita ada lagi maksud tertentu yang sebenarnya untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri. jaga ketulusan hati kita di hadapan Tuhan.
(Joh 12:7)
Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.
(Joh 12:8)
Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu."
Manfaatkan waktu bersama dengan Tuhan dengan sungguh-sungguh! waktu bermain selalu ada, waktu untuk nonton televisipun bisa kapan saja. Tetapi seringkali kita masih mencuri waktu kita bersama Tuhan. Pada saat ibadah masih bisa ngobrol atau tidak berkonsentrasi pada saat Firman Tuhan disampaikan. Padahal, ibadah hanya 1 kali dalam seminggu.
Bangkitkan gairah kita untuk mencari Hadirat Tuhan dalam ibadah kita. Dan ingatlah bahwa Tuhan kita sangat menyukai spontanitas yang kita lakukan sebagai rasa kasih kita kepada Tuhan. Jaga ketulusan kita pada saat kita datang menghadap Hadirat Tuhan. kemudian, manfaatkan waktu yang ada bersama dengan Tuhan. sehingga waktu itu benar-benar merupakan golden time kita bersama dengan Tuhan. Amin.
Tulisan ini terinspirasi dari Firman Tuhan yang disampaikan oleh Bapak Pdp.Stefanus R.,S.T. pada hari minggu, 17 Januari 2010 di Youth Professional Community Rehoboth Bandung.
Bangkitkan gairah kita untuk mencari Hadirat Tuhan dalam ibadah kita. Dan ingatlah bahwa Tuhan kita sangat menyukai spontanitas yang kita lakukan sebagai rasa kasih kita kepada Tuhan. Jaga ketulusan kita pada saat kita datang menghadap Hadirat Tuhan. kemudian, manfaatkan waktu yang ada bersama dengan Tuhan. sehingga waktu itu benar-benar merupakan golden time kita bersama dengan Tuhan. Amin.
Tulisan ini terinspirasi dari Firman Tuhan yang disampaikan oleh Bapak Pdp.Stefanus R.,S.T. pada hari minggu, 17 Januari 2010 di Youth Professional Community Rehoboth Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar