Meraih Prestasi Melalui Kristus

Banyak cara untuk meraih prestasi. Kuncinya satu yaitu ketekunan. Dengan ketekunan, siapapun...siapapun dapat meraih prestasi. Bagaimana kita menggambarkan prestasi? biasanya prestasi digambarkan sebagai tercapainya target yang kita tetapkan. Setelah kita mencapai target tersebut, maka kita telah berprestasi.

Tetapi, melalui Kristus prestasi yang kita dapat bukan hanya tercapainya target tetapi Tuhan akan memberikan kepada kita prestasi demi prestasi yang melampaui target kita.

Target yang terbaik dari yang terbaik yang akan kita dapatkan kalau kita dapat meraihnya melalui Kristus!

Selasa, 19 Januari 2010

Selalu ada alasan untuk sebuah tindakan

Roma 5:6-8
  • Ayat 6 : Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah.
  • Ayat 7 : Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar -- tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--.
  • Ayat 8 : Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

Pernah ga suatu kali kita mendengar atau melihat prilaku dari teman-teman kita yang aneh?! sampai-sampai dihukum oleh guru. misalkan ketahuan merokok atau kasar atau pemarah, lalu dimarahi oleh guru, pernah melihat atau mengalami sendiri?!

Seringkali kita sebagai seorang guru 'lupa' untuk melihat apa yang ada dibalik masalah yang dilakukan oleh siswa kita. Inilah yang akhirnya membuat guru atau orang sudah menghakimi terlebih dahulu tanpa mengetahui alasan yang ada dibalik prilaku tersebut. kecenderungan orang yang menghakimi tidak perduli akan alasan tersebut. Yang penting melihat melakukan, menghukum tetapi tidak berusaha merangkul kemudian mencoba untuk berkomunikasi dengan siswa tersebut.

Tuhan kita sangat perduli dengan keadaan kita yang sebenarnya, bukan yang kelihatan oleh kasat mata. oleh karena itulah mengapa Dia mau mati bagi kita selagi kita masih berdosa. karena bagi Tuhan Yesus kita ini mulia dan berharga di mataNya.

Marilah kita belajar suatu hal bahwa selalu ada alasan untuk sebuah tindakan. Jadilah pendengar yang baik. Jangan terlalu cepat menghakimi dan rangkullah anak-anak kita dan ajarkan / tanamkan nilai-nilai kebenaran ke dalam hati mereka dengan penuh kelemahlembutan.

Minggu, 17 Januari 2010

Rencana Aksi Penurunan Emisi Ditarget Selesai Maret

Minggu, 20 Desember 2009 | 16:19 WIB
Menko Perekonomian Hatta Rajasa

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia menargetkan Rencana Aksi Nasional (RAN) penurunan emisi 26 persen selesai pada Maret 2010. Demikian diungkapkan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa, Minggu (20/1/2009).

"Terkait dengan COP-15 (pertemuan perubahan iklim PBB), kita siapkan Rencana Aksi Indonesia untuk menurunkan emisi 26 persen, pada Maret harus sudah selesai," kata Hatta di Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta, usai menjemput kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan dari Kopenhagen.

Menurut Hatta, RAN itu akan ditetapkan melalui suatu MRV (Measurement, Reporting and Verification/Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi). "MRV ini penting, oleh karena itu Presiden tadi menegaskan sebelum orang melakukan MRV kepada kita, kita harus melakukan MRV terhadap diri kita sendiri," katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah harus mulai membentuk suatu sistem nasional yang tangguh sehingga nanti bisa melakukan evaluasi seluruh agenda dan kegiatan RAN dalam mencapai target penurunan emisi 26 persen pada 2020. Hatta menegaskan bahwa RAN tentang penurunan emisi karbon harus disampaikan hingga ke tingkat daerah provinsi.

Ia juga menjelaskan mengena dua keputusan yang dihasilkan dalam Pertemuan Perubahan Iklim PBB di Kopenhagen, 7-18 Desember 2009. "Pertama adalah yang terkait dengan seluruh rencana kerja selama ini termasuk pertemuan Bali (UNFCCC 2007) dan kedua adalah Copenhagen Accord yang menyebut mengenai bantuan negara-negara terhadap penurunan emisi karbon," katanya.

Sebelumnya Hatta, mengikuti briefing yang dipimpin oleh Presiden Yudhoyono di Bandara Halim Perdana Kusuma setibanya Presiden dari lawatannya ke sejumlah negara di Eropa. Pada kesempatan itu Kepala Negara menyampaikan tindak lanjut dan langkah-langkah yang akan dilakukan pasca lawatannya itu agar hasil pertemuannya dengan sejumlah pemimpin Eropa dapat diwujudkan dalam hal-hal yang nyata.

Ia terutama menyampaikan mengenai hasil pertemuan dwipihak dengan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, Presiden Perancis Nicolas Sarcozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel. "Kemudian agenda multilateral, khususnya dalam menghadapi perubahan iklim sebagaimana yang menjadi hajat utama kunjungan kerja kita ke Eropa beberapa saat yang lalu," ujarnya.

Sebelumnya saat transit di Dubai, Persatuan Emirat Arab, Presiden Yudhoyono telah menyatakan bahwa Indonesia menyambut baik disepakatinya naskah "Copenhagen Accord" (Kesepakatan Kopenhagen) menjadi bagian dari konferensi perubahan iklim dan menilainya sebagai hasil yang positif. Ia juga mengatakan bahwa Copenhagen Accord yang disepakati dalam konferensi tentang iklim di Kopenhagen akan diadopsi dalam kerangka kerja pembangunan nasional sehingga Indonesia memiliki program yang sejalan dengan upaya penanganan perubahan iklim.

Sumber :http://sains.kompas.com/

Pemanasan Global

Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global – termasuk Indonesia – yang terjadi pada kisaran 1,5–40 Celcius pada akhir abad 21.

Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap permukiman penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb). Dalam makalah ini, fokus diberikan pada antisipasi terhadap dua dampak pemanasan global, yakni : kenaikan muka air laut (sea level rise) dan banjir.

Dampak Kenaikan Permukaan Air Laut dan Banjir terhadap Kondisi Lingkungan Bio-geofisik dan Sosial-Ekonomi Masyarakat.

Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan dampak sebagai berikut : (a) meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir, (b) perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove, (c) meluasnya intrusi air laut, (d) ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir, dan (e) berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil.

Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir disebabkan oleh terjadinya pola hujan yang acak dan musim hujan yang pendek sementara curah hujan sangat tinggi (kejadian ekstrim). Kemungkinan lainnya adalah akibat terjadinya efek backwater dari wilayah pesisir ke darat. Frekuensi dan intensitas banjir diprediksikan terjadi 9 kali lebih besar pada dekade mendatang dimana 80% peningkatan banjir tersebut terjadi di Asia Selatan dan Tenggara (termasuk Indonesia) dengan luas genangan banjir mencapai 2 juta mil persegi. Peningkatan volume air pada kawasan pesisir akan memberikan efek akumulatif apabila kenaikan muka air laut serta peningkatan frekuensi dan intensitas hujan terjadi dalam kurun waktu yang bersamaan.

  • Kenaikan muka air laut selain mengakibatkan perubahan arus laut pada wilayah pesisir juga mengakibatkan rusaknya ekosistem mangrove, yang pada saat ini saja kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Luas hutan mangrove di Indonesia terus mengalami penurunan dari 5.209.543 ha (1982) menurun menjadi 3.235.700 ha (1987) dan menurun lagi hingga 2.496.185 ha (1993). Dalam kurun waktu 10 tahun (1982-1993), telah terjadi penurunan hutan mangrove ± 50% dari total luasan semula. Apabila keberadaan mangrove tidak dapat dipertahankan lagi, maka : abrasi pantai akan kerap terjadi karena tidak adanya penahan gelombang, pencemaran dari sungai ke laut akan meningkat karena tidak adanya filter polutan, dan zona budidaya aquaculture pun akan terancam dengan sendirinya.
  • Meluasnya intrusi air laut selain diakibatkan oleh terjadinya kenaikan muka air laut juga dipicu oleh terjadinya land subsidence akibat penghisapan air tanah secara berlebihan. Sebagai contoh, diperkirakan pada periode antara 2050 hingga 2070, maka intrusi air laut akan mencakup 50% dari luas wilayah Jakarta Utara.
  • Gangguan terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang terjadi diantaranya adalah : (a) gangguan terhadap jaringan jalan lintas dan kereta api di Pantura Jawa dan Timur-Selatan Sumatera ; (b) genangan terhadap permukiman penduduk pada kota-kota pesisir yang berada pada wilayah Pantura Jawa, Sumatera bagian Timur, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi bagian Barat Daya, dan beberapa spot pesisir di Papua ; (c) hilangnya lahan-lahan budidaya seperti sawah, payau, kolam ikan, dan mangrove seluas 3,4 juta hektar atau setara dengan US$ 11,307 juta ; gambaran ini bahkan menjadi lebih ‘buram’ apabila dikaitkan dengan keberadaan sentra-sentra produksi pangan yang hanya berkisar 4 % saja dari keseluruhan luas wilayah nasional, dan (d) penurunan produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan, seperti di DAS Citarum, Brantas, dan Saddang yang sangat krusial bagi kelangsungan swasembada pangan di Indonesia. Adapun daerah-daerah di Indonesia yang potensial terkena dampak kenaikan muka air laut diperlihatkan pada Gambar 1 berikut.
  • Terancam berkurangnya luasan kawasan pesisir dan bahkan hilangnya pulau-pulau kecil yang dapat mencapai angka 2000 hingga 4000 pulau, tergantung dari kenaikan muka air laut yang terjadi. Dengan asumsi kemunduran garis pantai sejauh 25 meter, pada akhir abad 2100 lahan pesisir yang hilang mencapai 202.500 ha.
  • Bagi Indonesia, dampak kenaikan muka air laut dan banjir lebih diperparah dengan pengurangan luas hutan tropis yang cukup signifikan, baik akibat kebakaran maupun akibat penggundulan. Data yang dihimpun dari The Georgetown – International Environmental Law Review (1999) menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1997 – 1998 saja tidak kurang dari 1,7 juta hektar hutan terbakar di Sumatra dan Kalimantan akibat pengaruh El Nino. Bahkan WWF (2000) menyebutkan angka yang lebih besar, yakni antara 2 hingga 3,5 juta hektar pada periode yang sama. Apabila tidak diambil langkah-langkah yang tepat maka kerusakan hutan – khususnya yang berfungsi lindung – akan menyebabkan run-off yang besar pada kawasan hulu, meningkatkan resiko pendangkalan dan banjir pada wilayah hilir , serta memperluas kelangkaan air bersih pada jangka panjang.

Antisipasi Dampak Kenaikan Muka Air Laut dan Banjir melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Dengan memperhatikan dampak pemanasan global yang memiliki skala nasional dan dimensi waktu yang berjangka panjang, maka keberadaan RTRWN menjadi sangat penting. Secara garis besar RTRWN yang telah ditetapkan aspek legalitasnya melalui PP No.47/1997 sebagai penjabaran pasal 20 dari UU No.24/1992 tentang Penataan Ruang memuat arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang negara yang memperlihatkan adanya pola dan struktur wilayah nasional yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.

Pola pemanfaatan ruang wilayah nasional memuat : (a) arahan kebijakan dan kriteria pengelolaan kawasan lindung (termasuk kawasan rawan bencana seperti kawasan rawan gelombang pasang dan banjir) ; dan (b) arahan kebijakan dan kriteria pengelolaan kawasan budidaya (hutan produksi, pertanian, pertambangan, pariwisata, permukiman, dsb). Sementara struktur pemanfaatan ruang wilayah nasional mencakup : (a) arahan pengembangan sistem permukiman nasional dan (b) arahan pengembangan sistem prasarana wilayah nasional (seperti jaringan transportasi, kelistrikan, sumber daya air, dan air baku.

Sesuai dengan dinamika pembangunan dan lingkungan strategis yang terus berubah, maka dirasakan adanya kebutuhan untuk mengkajiulang (review) materi pengaturan RTRWN (PP 47/1997) agar senantiasa dapat merespons isu-isu dan tuntutan pengembangan wilayah nasional ke depan. (mohon periksa Tabel 3 pada Lampiran). Oleh karenanya, pada saat ini Pemerintah tengah mengkajiulang RTRWN yang diselenggarakan dengan memperhatikan perubahan lingkungan strategis ataupun paradigma baru sebagai berikut :

  • globalisasi ekonomi dan implikasinya,
  • otonomi daerah dan implikasinya,
  • penanganan kawasan perbatasan antar negara dan sinkronisasinya,
  • pengembangan kemaritiman/sumber daya kelautan,
  • pengembangan kawasan tertinggal untuk pengentasan kemiskinan dan krisis ekonomi,
  • daur ulang hidrologi,
  • penanganan land subsidence,
  • pemanfaatan jalur ALKI untuk prosperity dan security, serta
  • pemanasan global dan berbagai dampaknya.

Dengan demikian, maka aspek kenaikan muka air laut dan banjir seyogyanya akan menjadi salah satu masukan yang signifikan bagi kebijakan dan strategi pengembangan wilayah nasional yang termuat didalam RTRWN khususnya bagi pengembangan kawasan pesisir mengingat : (a) besarnya konsentrasi penduduk yang menghuni kawasan pesisir khususnya pada kota-kota pantai, (b) besarnya potensi ekonomi yang dimiliki kawasan pesisir, (c) pemanfaatan ruang wilayah pesisir yang belum mencerminkan adanya sinergi antara kepentingan ekonomi dengan lingkungan, (d) tingginya konflik pemanfaatan ruang lintas sektor dan lintas wilayah, serta (e) belum terciptanya keterkaitan fungsional antara kawasan hulu dan hilir, yang cenderung merugikan kawasan pesisir.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh ADB (1994), maka dampak kenaikan muka air laut dan banjir diperkirakan akan memberikan gangguan yang serius terhadap wilayah-wilayah seperti : Pantura Jawa, Sumatera bagian Timur, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi bagian Barat Daya, dan beberapa spot pada pesisir Barat Papua

Untuk kawasan budidaya, maka perhatian yang lebih besar perlu diberikan untuk kota-kota pantai yang memiliki peran strategis bagi kawasan pesisir, yakni sebagai pusat pertumbuhan kawasan yang memberikan pelayanan ekonomi, sosial, dan pemerintahan bagi kawasan tersebut. Kota-kota pantai yang diperkirakan mengalami ancaman dari kenaikan muka air laut diantaranya adalah Lhokseumawe, Belawan, Bagansiapi-api, Batam, Kalianda, Jakarta, Tegal, Semarang, Surabaya, Singkawang, Ketapang, Makassar, Pare-Pare, Sinjai. (Selengkapnya mohon periksa Tabel 1 pada Lampiran).

Kawasan-kawasan fungsional yang perlu mendapatkan perhatian terkait dengan kenaikan muka air laut dan banjir meliputi 29 kawasan andalan, 11 kawasan tertentu, dan 19 kawasan tertinggal. (selengkapnya mohon periksa Tabel 2 pada Lampiran).

Perhatian khusus perlu diberikan dalam pengembangan arahan kebijakan dan kriteria pengelolaan prasarana wilayah yang penting artinya bagi pengembangan perekonomian nasional, namun memiliki kerentanan terhadap dampak kenaikan muka air laut dan banjir, seperti :

  • sebagian ruas-ruas jalan Lintas Timur Sumatera (dari Lhokseumawe hingga Bandar Lampung sepanjang ± 1600 km) dan sebagian jalan Lintas Pantura Jawa (dari Jakarta hingga Surabaya sepanjang ± 900 km) serta sebagian Lintas Tengah Sulawesi (dari Pare-pare, Makassar hingga Bulukumba sepanjang ± 250 km).
  • beberapa pelabuhan strategis nasional, seperti Belawan (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Mas (Semarang), Pontianak, Tanjung Perak (Surabaya), serta pelabuhan Makassar.
  • Jaringan irigasi pada wilayah sentra pangan seperti Pantura Jawa, Sumatera bagian Timur dan Sulawesi bagian Selatan.
  • Beberapa Bandara strategis seperti Medan, Jakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar, dan Semarang.

Untuk kawasan lindung pada RTRWN, maka arahan kebijakan dan kriteria pola pengelolaan kawasan rawan bencana alam, suaka alam-margasatwa, pelestarian alam, dan kawasan perlindungan setempat (sempadan pantai, dan sungai) perlu dirumuskan untuk dapat mengantisipasi berbagai kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi.

Selain antisipasi yang bersifat makro-strategis diatas, diperlukan pula antisipasi dampak kenaikan muka air laut dan banjir yang bersifat mikro-operasional. Pada tataran mikro, maka pengembangan kawasan budidaya pada kawasan pesisir selayaknya dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa alternatif yang direkomendasikan oleh IPCC (1990) sebagai berikut :

  • Relokasi ; alternatif ini dikembangkan apabila dampak ekonomi dan lingkungan akibat kenaikan muka air laut dan banjir sangat besar sehingga kawasan budidaya perlu dialihkan lebih menjauh dari garis pantai. Dalam kondisi ekstrim, bahkan, perlu dipertimbangkan untuk menghindari sama sekali kawasan-kawasan yang memiliki kerentanan sangat tinggi.
  • Akomodasi ; alternatif ini bersifat penyesuaian terhadap perubahan alam atau resiko dampak yang mungkin terjadi seperti reklamasi, peninggian bangunan atau perubahan agriculture menjadi budidaya air payau (aquaculture) ; area-area yang tergenangi tidak terhindarkan, namun diharapkan tidak menimbulkan ancaman yang serius bagi keselamatan jiwa, asset dan aktivitas sosial-ekonomi serta lingkungan sekitar.
  • Proteksi ; alternatif ini memiliki dua kemungkinan, yakni yang bersifat hard structurebreakwater) atau tanggul banjir (seawalls) dan yang bersifat soft structure seperti revegetasi mangrove atau penimbunan pasir (beach nourishment). Walaupun cenderung defensif terhadap perubahan alam, alternatif ini perlu dilakukan secara hati-hati dengan tetap mempertimbangkan proses alam yang terjadi sesuai dengan prinsip “working with nature”. seperti pembangunan penahan gelombang (

Sedangkan untuk kawasan lindung, prioritas penanganan perlu diberikan untuk sempadan pantai, sempadan sungai, mangrove, terumbu karang, suaka alam margasatwa/cagar alam/habitat flora-fauna, dan kawasan-kawasan yang sensitif secara ekologis atau memiliki kerentanan tinggi terhadap perubahan alam atau kawasan yang bermasalah. Untuk pulau-pulau kecil maka perlindungan perlu diberikan untuk pulau-pulau yang memiliki fungsi khusus, seperti tempat transit fauna, habitat flora dan fauna langka/dilindungi, kepentingan hankam, dan sebagainya.

Agar prinsip keterpaduan pengelolaan pembangunan kawasan pesisir benar-benar dapat diwujudkan, maka pelestarian kawasan lindung pada bagian hulu – khususnya hutan tropis - perlu pula mendapatkan perhatian. Hal ini penting agar laju pemanasan global dapat dikurangi, sekaligus mengurangi peningkatan skala dampak pada kawasan pesisir yang berada di kawasan hilir.

Kebutuhan Intervensi Kebijakan Penataan Ruang dalam rangka Mengantisipasi Dampak Pemanasan Global terhadap Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Dalam kerangka kebijakan penataan ruang, maka RTRWN merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dapat dimanfaatkan untuk dampak pemanasan global terhadap kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Namun demikian, selain penyiapan RTRWN ditempuh pula kebijakan untuk revitalisasi dan operasionalisasi rencana tata ruang yang berorientasi kepada pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tingkat kedalaman yang lebih rinci.

Intervensi kebijakan penataan ruang diatas pada dasarnya ditempuh untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut :

  • Mewujudkan pembangunan berkelanjutan pada kawasan pesisir, termasuk kota-kota pantai dengan segenap penghuni dan kelengkapannya (prasarana dan sarana) sehingga fungsi-fungsi kawasan dan kota sebagai sumber pangan (source of nourishment) dapat tetap berlangsung.
  • Mengurangi kerentanan (vulnerability) dari kawasan pesisir dan para pemukimnya (inhabitants) dari ancaman kenaikan muka air laut, banjir, abrasi, dan ancaman alam (natural hazards) lainnya.
  • Mempertahankan berlangsungnya proses ekologis esensial sebagai sistem pendukung kehidupan dan keanekaragaman hayati pada wilayah pesisir agar tetap lestari yang dicapai melalui keterpaduan pengelolaan sumber daya alam dari hulu hingga ke hilir (integrated coastal zone management).
  • Untuk mendukung tercapainya upaya revitalisasi dan operasionalisasi rencana tata ruang, maka diperlukan dukungan-dukungan, seperti : (a) penyiapan Pedoman dan Norma, Standar, Prosedur dan Manual (NSPM) untuk percepatan desentralisasi bidang penataan ruang ke daerah - khususnya untuk penataan ruang dan pengelolaan sumber daya kawasan pesisir/tepi air; (b) peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia serta pemantapan format dan mekanisme kelembagaan penataan ruang, (c) sosialisasi produk-produk penataan ruang kepada masyarakat melalui public awareness campaig, (d) penyiapan dukungan sistem informasi dan database pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang memadai, serta (e) penyiapan peta-peta yang dapat digunakan sebagai alat mewujudkan keterpaduan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-kecil sekaligus menghindari terjadinya konflik lintas batas.
  • Selanjutnya, untuk dapat mengelola pembangunan kawasan pesisir secara efisien dan efektif, diperlukan strategi pendayagunaan penataan ruang yang senada dengan semangat otonomi daerah yang disusun dengan memperhatikan faktor-faktor berikut :
  • Keterpaduan yang bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah dalam konteks pengembangan kawasan pesisir sehingga tercipta konsistensi pengelolaan pembangunan sektor dan wilayah terhadap rencana tata ruang kawasan pesisir.
  • Pendekatan bottom-up atau mengedepankan peran masyarakat (participatory planning process) dalam pelaksanaan pembangunan kawasan pesisir yang transparan dan accountable agar lebih akomodatif terhadap berbagai masukan dan aspirasi seluruh stakeholders dalam pelaksanaan pembangunan.
  • Kerjasama antar wilayah (antar propinsi, kabupaten maupun kota-kota pantai, antara kawasan perkotaan dengan perdesaan, serta antara kawasan hulu dan hilir) sehingga tercipta sinergi pembangunan kawasan pesisir dengan memperhatikan inisiatif, potensi dan keunggulan lokal, sekaligus reduksi potensi konflik lintas wilayah
  • Penegakan hukum yang konsisten dan konsekuen – baik PP, Keppres, maupun Perda - untuk menghindari kepentingan sepihak dan untuk terlaksananya role sharing yang ‘seimbang’ antar unsur-unsur stakeholders.
sumber : http://geo.ugm.ac.id/archives/28


Spontanitas

(Joh 12:1)
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.
(Joh 12:2)
Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.
(Joh 12:3)
Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.

Coba kita bayangkan bersama...pada saat kita bersama-sama dengan Tuhan Yesus sedang dalam perjamuan makan. Tiba-tiba seorang wanita bernama Maria mengambil minyak narwastu (pada waktu itu harganya konon sekitar 12 juta rupiah) yang mahal kemudian dicurahkan di kaki Tuhan Yesus. Apa yang kita pikirkan? wow...suatu pemandangan yang luar biasa bukan? spontanitas yang akhirnya mengandung banyak reaksi. Seperti yang kita ketahui, Maria dikatakan oleh Tuhan Yesus mengambil bagian yang terbaik dalam melayani Tuhan Yesus sedangkan Marta sibuk melayani di dapur.
Satu bukti kasih yang amat sangat telah ditunjukkan oleh Maria!!! Kasih kepada Tuhan Yesus.

Di dalam
kita mengasihi tentu akan ada emosi yang terlibat. Tidak mungkin kita bilang kita mengasihi seseorang tanpa emosi, bukan? Emosi inilah yang akhirnya menggerakkan hati Maria untuk kembali mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan. Tuhan kita tidak pernah menyalahkan emosi, Tuhan kita tidak pernah pula menyalahkan spontanitas kita dalam mengasihi Tuhan. Justru Tuhan Yesus sangat menyukai hal itu, karena ada gairah / passion dalam kita melakukan tindakan yang spontan dalam mengasihi Tuhan.

Sekarang ini banyak sekali gereja-gereja dihadiri oleh orang-orang yang tidak bergairah untuk mencari hadiratNya. Orang tidak lagi mencari hadirat Tuhan tetapi mencari kenyamanan pribadi dengan fasilitas-fasilitas yang ditawarkan. Tanpa sadar, hal tersebut menggantikan posisi Tuhan yang seharusnya menjadi prioritas utama kita pada saat datang beribadah. Oleh karena itu, temukan gairah, dan lakukan tindakan-tindakan yang spontan yang menunjukkan kalau kita masih mengasihi Tuhan sama seperti Maria mempersembahkan yang terbaik.



(Joh 12:4)
Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:
(Joh 12:5)
"Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"
(Joh 12:6)
Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.

Hal kedua, berbicara tentang motivasi dibalik perbuatan kita. Pada ayat ke 5 tertulis sebuah saran yang tampaknya baik oleh kita semua, bukan? Daripada Minyak Narwastu itu dibuang-buang lebih baik dijual kemudian uangnya dibagi-bagikan kepada orang miskin. Kalau benar demikian, rasanya Yesus tidak mungkin protes. Tetapi yang jadi masalah adalah, motivasi Yudas mengatakan hal tersebut adalah karena dia tidak benar-benar memperhatikan nasib orang miskin tetapi Yudas sering mengambil uang yang disimpan dalam kas.

Seringkali dalam melakukan tindakan kita memiliki motivasi yang tidak kudus sekalipun hal tersebut adalah hal yang rohani atau benar menurut pandangan mata orang lain. Tetapi motivasi yang tidak kudus seringkali baru muncul setelah beberapa waktu lamanya. Hal yang disembunyikan rapat-rapat pasti akan tercium juga, kan?!

Disini diperlukan sikap hati yang tulus penuh kejujuran yang kita sebut dengan integritas. Berintegritas artinya berani transparan di hadapan orang lain. sehingga kita ada lagi maksud tertentu yang sebenarnya untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri. jaga ketulusan hati kita di hadapan Tuhan.

(Joh 12:7)
Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.
(Joh 12:8)
Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu."

Manfaatkan waktu bersama dengan Tuhan dengan sungguh-sungguh! waktu bermain selalu ada, waktu untuk nonton televisipun bisa kapan saja. Tetapi seringkali kita masih mencuri waktu kita bersama Tuhan. Pada saat ibadah masih bisa ngobrol atau tidak berkonsentrasi pada saat Firman Tuhan disampaikan. Padahal, ibadah hanya 1 kali dalam seminggu.

Bangkitkan gairah kita untuk mencari Hadirat Tuhan dalam ibadah kita. Dan ingatlah bahwa Tuhan kita sangat menyukai spontanitas yang kita lakukan sebagai rasa kasih kita kepada Tuhan. Jaga ketulusan kita pada saat kita datang menghadap Hadirat Tuhan. kemudian, manfaatkan waktu yang ada bersama dengan Tuhan. sehingga waktu itu benar-benar merupakan golden time kita bersama dengan Tuhan. Amin.

Tulisan ini terinspirasi dari Firman Tuhan yang disampaikan oleh Bapak Pdp.Stefanus R.,S.T. pada hari minggu, 17 Januari 2010 di Youth Professional Community Rehoboth Bandung.

Kalender Pendidikan Sem.2 Tahun Pelajaran 2009-2010

Sabtu, 16 Januari 2010

Siswa dan Guru Dukung Penolakan UN

Sabtu, 16 Januari 2010 , 07:28:00
BANDUNG, (PRLM).- Ratusan siswa, orang tua, guru, dan aktivis lembaga swadaya masyarakat Kota Bandung akan bertolak ke Jakarta untuk mendukung kampanye menolak Ujian Nasional (UN). Mereka akan bergabung dengan peserta kampanye lainnya dari berbagai daerah yang akan digelar Minggu (17/1) di Bundaran Hotel Indonesia Jakarta.

Koordinator Koalisi Pendidikan Kota Bandung Iwan Hermawan mengatakan, para siswa, guru, orang tua, dan sejumlah aktivis pendidikan ini akan bertolak dari Bandung pada Minggu pagi. ”Kita akan berkumpul di Stasiun Bandung pukul 5.00 WIB pagi untuk ikut bergabung dengan teman-teman di Jakarta. Diperkirakan jumlahnya mencapai ratusan karena sudah cukup banyak dukungan yang masuk,” katanya.

Iwan yang juga Sekjen Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) mengatakan, keterlibatan siswa dalam kampanye ini adalah atas inisiatif pribadi. Selain itu, karena aksi ini dilakukan pada hari Minggu, maka kegiatan belajar siswa di sekolah tidak akan terganggu.

”Lagipula kita tidak menginap, langsung pulang pergi, sehingga sama sekali tidak mengganggu. Untuk dukungan keuangan juga banyak pihak yang membantu. Seperti tadi ada sekolah yang berinisiatif memberikan dukungan untuk konsumsi anak-anak,” ucapnya.

Iwan menuturkan, selain dari Bandung, peserta aksi juga berasal dari berbagai daerah. Seperti Bekasi, Banten, Lampung, dan sejumlah daerah lainnya. ”Kita juga berharap elemen pendidikan di daerah lain ikut menggelar aksi serupa, kampanye untuk memberikan informasi kepada publik terkait dengan UN ini. Dengan begitu masyarakat semakin paham permasalahan UN ini,” tuturnya.

Hal lainnya, Iwan meminta Kementerian Pendidikan Nasional, jika UN tetap dilaksanakan Kementerian Pendidikan Nasional tidak lagi melakukan sikap yang represif kepada para guru yang berani dan jujur mengungkapkan adanya kecurangan dalam pelaksanaan UN. Sebab berdasarkan pengalaman tahun-tahun yang lalu, guru–guru yang berani menyampaikan adanya kecurangan UN justru mendapatkan sanksi dari Kementerian Pendidikan Nasional ataupun dari Dinas Pendidikan
setempat. (A-157/A-147)***

sumber : http://www.pikiran-rakyat.com

Rabu, 13 Januari 2010

REUNI AKBAR ALUMNI SEKOLAH REHOBOTH SEMUA ANGKATAN

Wah...wah...wah...bakalan diadain reuni nih!!! Reuni alumni Sekolah Rehoboth semua angkatan !! it means:
  1. Yang lulusan SD ajah
  2. Yang lulusan SMP ajah
  3. Yang lulusan SMA ajah
  4. Yang lulusan SD sampe SMP ajah
  5. Yang lulusan SD sampe SMA
  6. Pokoknya yang pernah bersekolah di Sekolah Rehoboth
Diundang buat ikutan reuni akbar!!! semua guru dan mantan guru pun diundang hadir. semuanya ini dalam rangka 25 tahun YBPK Rehoboth.

Informasi lebih lanjut tungguin ajah !!!!

Jumat, 08 Januari 2010

Retreat Guru YBPK Rehoboth

Tanggal 4 - 5 Januari 2010 telah diadakan Retreat guru YBPK Rehoboth. artinya seluruh guru mulai dari TK sampai SMA kumpul semua di hotel Cherish. Kami mulai sesi jam 1 siang dan berakhir jam 11 siang esok harinya. acara yang cukup padat ini membuat seluruh acara dapat kami ikuti dengan tertib dan tak terasa.

Retreat ini dibawakan oleh seorang hamba tuhan yang sangat luar biasa yaitu Pa Ery Prasadja. Seorang hamba Tuhan yang dipakai Tuhan menjadi dosen INTI bandung. tiga sesi dibawakan oleh Pa Ery. Dua sesi di hari pertama dan sesi terakhir di hari ke dua dengan tema SPIRITUALISME DALAM MENGAJAR.

Poin yang cukup penting adalah :
  1. Kita diciptakan untuk kemuliaan Tuhan. Seluruh keberadaan kita adalah untuk menyatakan kemuliaanNya. Jadi, ntah masalah besar ato usaha bangkrut..semuanya terjadi adalah untuk menyatakan kemuliaanNya. Jadi, kita dipanggil untuk menjadi kristen bukan hanya meminta atau mengharapkan berkat semata...atau berdoa minta aku...semua aku...supaya aku...apapun kondisi kita baik kaya ataupun miskin, mau profesi apapun juga semuanya untuk menyatakan kemuliaan Tuhan.
  2. Di dalam disiplin yang Tuhan Yesus ajarkan ada kasih dan pengampunan. Seberapa kali seseorang meminta maaf karena kesalahannya kita harus mengampuninya.
  3. Dunia yang kita hidupi sekarang adalah dunia yang penuh dengan kebenaran ala legalitas (segala sesuatu benar kalau orang banyak bilang seperti itu). sulit sekali bagi kita untuk berjalan dalam kebenaran. oleh karena itu diperlukan yang namanya integritas dan diperlukan pula lebih daripada integritas yaitu legacy.
  4. Iman dan hati nurani yang murni harus berjalanan berdampingan. apabila hati nurani kita abaikan sedangkan iman kita kuat maka kapal kita akan kandas (ship wreck). hati nurani diperlukan untuk memfleksibelkan iman sehingga dapat diterapkan dalam segala kondisi. hati nurani berperan maka akan banyak kasih dan pengampunan yang diberikan.
Retreat kali ini, membuat kami berpikir akan peran kami sebagai guru. apa yang menjadi motivasi kami menjadi seorang guru, lalu apa hasil yang diharapkan pada saat kita menjadi seorang guru..semuanya ini membuat kami semakin ingin meningkatkan kemampuan kami ber empati terhadap masalah yang dihadapi peserta didik kami.

kiranya Rehoboth boleh semakin berjaya dan memuliakan Tuhan melalui lulusannya yang sangat mengasihi Tuhan.