Ada pendapat yang mengatakan mengapa orang baik lebih cepat meninggal daripada orang jahat? Ya, pertanyaan ini seringkali diajukkan oleh orang-orang di sekitar kita. Ada yang sambil lewat, ada yang sampai obrolan serius, bahkan ada yang sampai menjadi pergumulan. Jawaban yang sering muncul adalah karena orang baik itu disayang Tuhan. Kurang lebih ada beberapa alasan yang menyebabkan orang baik lebih cepat meninggal daripada orang jahat dan beberapa nasehat supaya kita Anak Tuhan tidak menderita stres. Stres menurut ilmu kesehatan akan mengakibatkan peredaran darah tidak lancar. Tidak lancarnya peredaran darah akan mengakibatkan berbagai-bagai penyakit mulai dari darah tinggi, diabetes, asam urat, stroke, sampai kematian. Suplemen saat ini banyak sekali dipasarkan, tetapi sesungguh kondisi jiwa yang sehatlah yang akan membuat kita hidup sehat. Definisi orang baik di sini adalah anak-anak Tuhan yang berusaha menyenangkan Tuhan dengan menetapkan standar ilahi dalam kehidupannya. Alasan-alasan tersebut adalah antara lain:
1. Lebih banyak ‘tertekan’nya daripada sukacita
Bisa kita bayangkan, ditengah-tengah sistem dunia yang sebagian besar bertentangan dengan Firman Tuhan, seorang Anak Tuhan harus berjuang mempertahankan integritasnya sebagai Anak Tuhan. Pada saat sistem dunia mengatakan Nilai kurang dari 6 berarti tidak lulus yang berarti juga dunia akan cap kita sebagai orang bodoh. Bodoh menurut dunia tidak demikian dengan apa yang Firman Tuhan katakan, bukan?! Tetapi sulit juga bagi kita mempertahankan pikiran kita untuk mengatakan “saya tidak bodoh…saya tidak gagal…saya Cuma belum sukses ajah…karena Firman Tuhan menciptakan saya bukan sebagai orang bodoh tetapi sebagai mahkluk ciptaan yang paling mulia” sementara orang lain mengatakan kita bodoh, teman bahkan orangtua kitapun demikian.
Dalam dunia bisnis, pekerjaanpun demikian. Dunia lebih melihat titel, kalau S2 atau S3 pasti orang pintar. Tahukah kita bahwa gelar bisa dibeli?! Atau berapa banyak dari antara saudara yang gelar S1 untuk jurusan tertentu kemudian saat bekerja, kita menempati posisi yang tidak sesuai dengan gelar kita?! Jadi buat apa dong gelar? Pandangan dunia mengatakan, gelar mempengaruhi gaji. Kemudian, gelar mempengaruhi orang tersebut lebih dihargai atau tidak (lebih dipandang atau tidak) oleh rekan-rekan yang lainnya atau oleh atasan kita.
Sedangkan Firman Tuhan mengatakan bahwa harga diri seseorang tidak berdasarkan apa yang dia lakukan, gelar yang dia sandang, tetapi berdasarkan siapa dia di dalam Kristus (Yer.9:23-24). Pandangan dunia di mana kita selama 12-18 jam hidup di dalamnya dengan lingkungan yang menerapkan sistem dunia tentunya, ga sedikit anak-anak Tuhan yang akhirnya mengalami ‘kemunduran’ dalam kehidupan rohaninya.Hal tersebut membuat kita tertekan, stres.
2. Berusaha menekan perasaan tidak adil/iri hatinya terhadap orang lain
Jujur kita seringkali iri hati melihat kesuksesan secara materi yang dialami oleh orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Seringkali mereka mencemooh kita dengan mengatakan “ngapain ke gereja kalau hidup melarat terus? Tuh liat si A, udah sukses punya mobil, rumah…kalau kamu? Dateng ajah ke gereja tiap hari, pelayanan terus, tapi hasilnya apa?? Utang ga kebayar ?” seringkali kita mengalihkan diri dengan mengatakan “udah bersyukur ajah ama Tuhan atau Tuhan punya rencana yang indah buat kita”
Belum lagi, bila kita melihat sekeliling kita melakukan ketidakjujuran untuk memperoleh keuntungan sedangkan kita tidak ikut-ikutan, jalan kita lurus. Apa yang kita rasakan setelah itu? Merasa sebagai orang konyol?! Betul?! Mereka bilang “ah, itu sih sudah biasa…sudah membudaya…ga usah sok lah…” dan banyak lagi komentar yang lainnya yang membuat telinga kita panas.
Kemudian, apabila kita melihat rekan pelayanan kita atau saudara seiman kita yang bersaksi bahwa dia ditolong Tuhan sehingga saat ini hidupnya berkelimpahan. Pernah tidak kita berpikir, koq saya tidak seperti itu? Padahal pelayanan lebih banyak, doa tidak pernah bolong, baca Firman Tuhan, dan bersaksi tetapi seakan-akan Tuhan kok pilih kasih?!. Perasaan-perasaan tersebut seringkali muncul dalam hati dan pikiran kita. Orang yang tidak kenal Tuhan bisa meraih kesuksesan secara materi kenapa kita yang berusaha hidup benar di hadapan Tuhan kok terus menerus ditimpa kemalangan?
3. Munafik
Orang yang tidak mengenal Tuhan melakukan segala sesuatu yang menyenangkan dagingnya. Mereka tidak perduli akan akibatnya atau akan hukuman Tuhan, asalkan mereka puas melakukan apapun yang mereka inginkan. Setiap kita mempunyai sisi gelap dalam kehidupan kita, bahkan Pauluspun demikian. 2 Korintus 12:7 Paulus meminta Tuhan mencabut duri dalam dagingnya. Apa itu duri dalam daging? Kebiasaan jelek, keinginan daging. Mengapa duri dalam daging itu harus dibiarkan? Supaya Paulus tidak memegahkan dirinya sendiri. Orang yang tidak mengenal Tuhan ‘bebas’ mengekspresikan sisi gelap kehidupannya. Tetapi Anak-anak Tuhan seringkali menekan sisi gelap yang ada dalam dirinya bahkan menyangkalinya.
Sama seperti anekdot yang menceritakan ada seorang hamba Tuhan bertemu seorang wanita cantik yang menggunakan baju ketat, lalu hamba Tuhan itupun berdoa “Tuhan, jauhkanlah kiranya daripadaku” esok harinya, bertemu kembali dengan wanita yang sama, tetapi dengan baju yang makin ketat ditambah lagi ngajak ngobrol. Tentu sang hamba Tuhan makin panas dingin antara gejolak hatinya yang makin menggebu, pandangan matanya tidak dapat berkonsentrasi. Lalu sang hamba Tuhan inipun mengajukkan doa yang sama “Tuhan jauhkanlah kiranya daripadaku” kemudian hari demi hari dilalui dengan situasi yang sama, hingga suatu kali diadakanlah konseling di dalam ruangan yang jauh dari keramaian. Kemudian doa apa yang diucapkan oleh si hamba Tuhan? Betul, doanya “Tuhan, biarlah kehendakmu saja yang terjadi”
Bisakah kita bayangkan, disatu sisi kita ingin menyenangkan Tuhan setiap waktu, setiap saat tetapi di sisi yang lainnya yang tidak kalah kuatnya ada hasrat yang begitu kuat untuk mengalah terhadap keinginan daging?! Apabila kita terjatuh dalam dosa, kalah terhadap keinginan daging apa yang kita rasakan?! Penyesalan yang mendalam karena kita sudah mendukakan Roh Kudus, belum lagi apabila kita memiliki kedudukan dalam gereja, pelayan inti dalam gereja, tambah-tambah membuat kita merasa bersalah dan tidak layak.
Sedangkan yang dilakukan oleh orang dunia?! Cuek, ga peduli, prinsipnya Life is goes on, yang terjadi biarlah berlalu, jalani hidup apa adanya, urusan resiko gimana nanti. Sementara kita tertekan, ada yang sampai mundur dari pelayanannya, bahkan ada yang ‘murtad’ akibat tekanan keinginan daging yang begitu kuat yang membuat dia merasa lebih baik dia tidak menjadi anak Tuhan.
Nah, beberapa nasehat supaya kita tidak menjadi tertekan oleh dunia sekeliling kita adalah :
1. Jangan pernah meninggalkan Hadirat Tuhan. Hadirat Tuhan merupakan tempat istirahat bagi kita. Hadirat Tuhan merupakan tempat di mana kita menemukan diri kita yang sesungguhnya. Mazmur 73 merupakan pasal favorit saya di mana dikatakan Asaf merasakan iri hati terhadap keberhasilan orang yang tidak mengenal Tuhan. Tetapi pada saat kita masuk dalam hadirat Tuhan, Asaf diberikan hikmat oleh Tuhan untuk mengetahui kesudahan dari orang fasik tersebut. Jadi, jangan pernah meninggalkan Hadirat Tuhan.
2. Temukan komunitas yang saling mendukung satu sama lain. Saya sangat menekankan point ini !! tanpa komunitas kita tidak akan mungkin bertahan. Bayangkan 12 – 18 jam waktu kita ada dalam tempat pekerjaan kita yang mempunyai sistem penilaian ala dunia, sedangkan waktu kita untuk mengenal Firman Tuhan hanya hari minggu dan beberapa saat membaca Firman Tuhan di pagi atau malam hari. Perbandingan yang tidak seimbang bukan?! Harus ada komunitas, seorang Kristen tidak mungkin dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan banyak dukungan dari saudara seiman.
3. Penuhi hati dan pikiran kita dengan Firman Tuhan. Ingat baik-baik, kita ini adalah anak Raja karena kita telah menerima Tuhan Yesus sebagai penguasa hidup kita. Miskin di dunia tidak apa-apa, tetapi kita akan menerima upah atau kekayaan kekal di surga nanti.
4. Jangan pernah menuntut melebihi batas kemampuan kita. Apabila saat ini, kita memiliki gaji sekian jangan bermimpi atau iri hati untuk memiliki benda yang jauh melebihi kemampuan kita. Mis. Ingin punya mobil dengan merek tertentu yang ternyata kalaupun dicicil, cicilannya melebihi gaji kita.
5. Lapangkan hati kita. Luaskan hati kita untuk dapat menerima keadaan kita, mungkin kita tidak memahami segalanya tetapi hati yang penuh ucapan syukur akan mampu membawa kita melewati hari-hari kita. Perbesar kapasitas hati kita yah…
6. Tanamkan dalam hati kita bahwa pergumulan atau peperangan yang kita alami akan diperhitungkan di Kerajaan Sorga. Orang dunia tidak pernah memikirkan akibat dari perbuatannnya yang sembrono dan bebas, mereka tidak mengetahui bahwa akibat perbuatannya akan membawa mereka ke dalam pengadilan Kristus nantinya.
7. Jujur dan terbukalah di hadapan Tuhan (Mazmur 62:8). Jangan pernah menekan perasaan kita di hadapan Tuhan. Apabila pada saat kita melayani Tuhan di mimbar, ya kita bisa menutupi perasaan kita yang sebenarnya terhadap orang lain. Kita bisa melakukan konseling bahkan terhadap masalah yang sebenarnya sedang kita hadapi juga. Tetapi, di hadapan Tuhan jangan demikian. Di hadapan Tuhan, kita harus terbuka bahkan segala kekurangan dan kelemahan kita pun Tuhan ketahui. Jujur di hadapan Tuhan dan minta Tuhan untuk mengontrol kehidupan kita.
Saya harap, langkah-langkah di atas dapat membuat kita ‘enjoy’ atau menikmati hidup kita tanpa beban berlebih dalam hati kita. Tuhan memberkati.