Sampai akhirnya tahun 1520, seorang biarawan Dominikan yang bernama Jacob van Hoogstraaten berusaha menganiaya Bucer karena pandangan teologianya tersebut. Van Hoogstraaten sendiri selain biarawan adalah juga seorang inkuisitor (agen gereja Roma yang mengurusi sekte dan bidat). Ia ingin menjadikan Bucer sebagai contoh bagi para pengikut Luther agar gerakan ini dapat dibendung. Bucer lalu menghubungi Wolfgang Capito, salah seorang tokoh reformasi, untuk meminta pertolongannya. Capito kemudian membantunya untuk melepaskan kaul sebagai biarawan. Tanggal 29 April 1952 Bucer pun secara resmi meninggalkan ordo Dominikan.
Perlakuan yang dialami Bucer yang mendorongnya untuk meninggalkan komunitas biaranya seringkali juga terjadi di kehidupan gereja zaman ini. Seorang warga jemaat yang dianggap telah menyimpang dari standar yang dipegang oleh Gereja ditindak dengan tidak tepat. Akibatnya bukannya orang itu bertobat, ia malah meninggalkan komunitas Kristen tempat ia bernaung selama ini. Dampak ke depannya, bisa-bisa komunitas itu malah menjadi kompromistis karena takut untuk memberi teguran lagi. Ini tentu sesuatu yang tragis dan harus dihindari. Tetapi bagaimanakah cara menegur yang tepat?
Alkitab memberi banyak petunjuk tentang cara menegur mereka yang menyimpang. Yang pertama, perlu dilakukan pemeriksaan yang cukup tentang berita atau tuduhan yang ada (1 Timotius 5:19). Adalah keterlaluan kalau sampai kita menegur orang yang ternyata tidak bersalah. Setelah kita yakin bahwa orang tersebut memang perlu bertobat, teguran kemudian harus disampaikan agar orang itu sadar akan kesalahannya (1 Timotius 5:20). Tidak peduli siapa orangnya, bahkan seorang raja seperti Daud pun, kalau ia berdosa, ia perlu ditegur (lihat 2 Samuel 12:1-14).
Akan tetapi perlu diingat bahwa teguran ini harus disampaikan dengan lemah lembut dan bertujuan untuk membimbing orang tersebut kepada pertobatan (2 Timotius 2:24-26). Bukan untuk menghakimi dan membuatnya merasa tidak lagi diterima. Teguran tersebut harus disampaikan dengan bersifat merangkul seperti yang Yesus lakukan kepada Yohanes dan Yakobus (Markus 10:35-45). Di situ Yesus menegur mereka tanpa membuat mereka merasa dibuang oleh-Nya. Sehingga mereka pun tidak menjadi undur, melainkan memperbaiki kesalahan mereka.
Semoga dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, kita sebagai sesama angota tubuh Kristus bisa lebih baik dalam hal saling menegur dan saling memberi nasihat untuk mengejar kekudusan hidup. (als)sumber :
http://gpbb.org/main/index.php?option=com_content&view=article&id=430%3Amenegur-dengan-tepat&Itemid=58